Bappeda 55FM Vol. 13 (Sharing Session on Friday Morning) "Design Thinking sebagai Salah Satu Pendekatan Inovasi Pembangunan"














Bappeda Kota Tangerang kembali
menggelar Bappeda 55FM (Sharing Session on Friday Morning) yang kali ini
sudah masuk volume 13 pada Jum’at, 8 November 2024 bertempat di ruang rapat
Bappeda. Bappeda 55FM kali ini membahas mengenai Design Thinking sebagai
salah satu pendekatan inovasi pembangunan dengan Imam Nurhadi selaku Ketua Tim
Kerja Bidang Pengelolaan Data Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan
bertindak sebagai narasumber.
Salah satu fungsi pemerintah
daerah adalah sebagai public service bagi masyarakat, sebagai bagian
dari upaya reformasi birokrasi. Untuk menjalankan fungsi tersebut, seorang
birokrat tentunya harus dibekali kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Penggabungan dari pendekatan berpikir kritis dan kreatif ini lah yang kemudian
disebut dengan Design Thinking. Design Thinking merupakan metode
yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan kompleks yang memiliki
tujuan utama untuk mencari solusi yang paling efektif dan efisien. Metode ini,
sangat bermanfaat dalam menghadapi permasalahan di sektor publik, terutama
dalam menciptakan layanan yang lebih berorientasi pada kebutuhan masyarakat.
Design Thinking memiliki 3
pilar yaitu, Desirable (kebutuhan masyarakat), Feasible
(teknologi yang layak), Viable. Melalui 3 pilar tersebut memungkinkan
pemerintah atau organisasi untuk merumuskan inovasi yang lebih sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Design Thinking lebih mengedepankan Brainwriting
dibandingkan Brainstorming. Brainwriting didesain untuk memberi
kesempatan kepada setiap anggota organisasi untuk terlibat. Selain itu,
memungkinkan semua orang untuk berpikir tanpa halangan. Terdapat 5 langkah dalam
penerapan Design Thinking, pertama memahami perspektif dan perasaan yang
dialami masyarakat (keluhan/keinginan), kedua mendefinisikan permasalahan
masyarakat yang akan diselesaikan dari sudut pandang masyarakat, ketiga
menghasilkan ide-ide solusi sebanyak dan sekreatif mungkin dan memilih ide solusi
terbaik, keempat membuat prototype atau representative solusi
yang konkret, kemudian menguji cobakan prototype dengan masyarakat untuk
mendapatkan feedback terkait solusi yang dibuat.
Penerapan Design Thinking dapat dilakukan dalam berbagai situasi, mulai dari menciptakan layanan baru, memperbaiki layanan yang sudah ada, hingga memahami kebutuhan mendalam pengguna. Pendekatan inovasi melalui Design Thinking akan mendorong terjadinya kolaborasi (Helix), iterasi (Amati-Tiru-Modifikasi (ATM)), serta eksplorasi ide-ide kreatif. Sehingga solusi untuk mengatasi masalah yang dihasilkan, akan bisa lebih tepat sasaran dan bersifat inovatif yang berkelanjutan.