\

Evaluasi Labkesmas: Dorong Peningkatan Mutu Layanan dan Atasi Kendala SDM serta Reagen di Puskesmas

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Tangerang melalui Bidang Perencanaan Sosial, Kemasyarakatan, dan Ekonomi (Sosmasek) menghadiri Kegiatan Evaluasi Penyelenggaraan Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang. 

Dalam sambutannya Sekretaris Dinas Kesehatan menyatakan bahwa Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) berfungsi sebagai garis depan dalam pencegahan, pengendalian penyakit, dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui pemeriksaan spesimen klinik dan pengujian sampel di Puskesmas (Labkesmas Tingkat 1). Tujuannya adalah meningkatkan mutu layanan, memperluas akses diagnosis sebagai penunjang medis (seperti untuk kasus DBD atau tifoid), memperkuat surveilans, dan merespon Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan cepat melalui sistem rujukan berjenjang hingga tingkat nasional. Penguatan sistem Labkesmas mencakup evaluasi berkala terhadap ketersediaan SDM (ATLM, petugas kesehatan lingkungan, dan dokter penanggung jawab), standar pelayanan dan pemeriksaan yang dilakukan, serta perlengkapan dan pengelolaan mutu (PMI dan PME), yang secara keseluruhan diarahkan untuk menunjang sistem kewaspadaan dini terhadap wabah penyakit dan memastikan layanan laboratorium yang akurat serta efisien.

Melalui pertemuan ini juga dapat diketahui bahwa meskipun semua Puskesmas memiliki layanan laboratorium, masih ada kekurangan pada Sumber Daya Manusia (SDM), di mana dari 39 Puskesmas di Kota Tangerang yang dikunjungi, sebanyak 18 Puskesmas hanya mempunyai 1 orang tenaga teknis tenaga laboratorium, kemudian ada 1 Puskesmas tidak memiliki dokter penanggung jawab laboratorium dan 30 Puskesmas merasa jumlah tenaga laboratorium yang ada saat ini belum cukup memadai, ada pula 1 Puskesmas yang tidak memiliki petugas kesehatan lingkungan. 

Lebih lanjut, dalam hal pelayanan pemeriksaan, ada kendala dalam pemenuhan reagen dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP), seperti reagen mendekati kedaluwarsa, keterbatasan anggaran BLUD, dan proses pembelian yang lama. Untuk peningkatan kapasitas dan penjaminan mutu, 87% tenaga teknis laboratorium telah menerima pembinaan, dan semua puskesmas yang dikunjungi telah melaksanakan kalibrasi alat, memiliki petugas terlatih, dan menerapkan prinsip pengelolaan biorisiko. Semua 39 Puskesmas memiliki aplikasi sistem informasi laboratorium (e-puskesmas, Sitb, Siha, SMILE), namun diseminasi analisis hasil laboratorium baru dilakukan oleh 41% Puskesmas.

Terakhir, dalam pelayanan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan di Posyandu, kendala yang dihadapi termasuk lingkungan yang tidak nyaman, kurangnya edukasu pasien, dan keterbatasan SDM/petugas laboratorium.