Pembahasan Laporan Antara Kajian Perencanaan Pembangunan Kota Bisnis Berbasis Aerotropolis Tahun 2025
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Tangerang menggelar rapat pembahasan Laporan Antara Kajian Perencanaan Pembangunan Kota Bisnis Berbasis Aerotropolis Tahun 2025, Senin (8/9). Rapat ini menjadi tindak lanjut dari kajian yang menempatkan Kota Tangerang, khususnya kawasan sekitar Bandara Internasional Soekarno–Hatta, sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Kepala Bappeda Kota Tangerang Dr. Hj. Yeti Rohaeti, dalam arahannya menjelaskan kajian ini menjadi pondasi awal untuk mewujudkan kota Tangerang menjadi Kota Bisnis, “Kota Tangerang diproyeksikan menjadi kota bisnis 20 tahun mendatang, sesuai amanat RPJPD Kota Tangerang Tahun 2025-2045. Tahun ini masa kita membuat pondasi, kajian ini dapat memberikan gambaran untuk kami mengenai langkah-langkah konkret yang perlu dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut,” pungkasnya.
Konsep aerotropolis adalah pembangunan kota modern yang tumbuh dan berkembang dengan bandara sebagai pusat gravitasi ekonomi, logistik, serta mobilitas global. Hal ini sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tangerang yang mendefinisikan kawasan aerotropolis sebagai pusat pertumbuhan mandiri berbasis konektivitas bandara, kawasan bisnis, permukiman, dan investasi.
Rapat pembahasan laporan antara menyoroti kondisi eksisting berdasarkan prinsip struktur ruang dan integrasi, Inner Core Bandara (pergudangan, industri, dan Central Business District), serta aksesibilitas (jaringan jalan tol dan jaringan jalan non tol).
Dari pembahasan mengenai kebutuhan infrastruktur penunjang seperti pergudangan, kawasan industri, serta central business district (CBD), diketahui bahwa saat ini kota Tangerang telah memiliki beberapa CBD potensial seperti Alam Sutera, Modernland/TangCity, TOD Poris, dan Green Lake/Metland. Masing-masing diarahkan untuk melayani fungsi berbeda, mulai dari pusat bisnis global, gateway bandara, integrasi multimoda, hingga penguatan UMKM.
Mengenai aksesibilitas yakni, jaringan tol dan non-tol, hingga integrasi moda transportasi publik. Analisis menunjukkan Kota Tangerang memiliki keunggulan jarak, biaya, serta akses langsung ke Bandara Soekarno–Hatta, sehingga berpotensi kuat sebagai airport gateway dan pusat bisnis internasional.
Dari sisi lingkungan, kajian juga menekankan pentingnya pengendalian dampak pembangunan aerotropolis, seperti potensi emisi, kebisingan, konversi lahan, hingga kerentanan banjir di kawasan DAS Cisadane.
Melalui pembahasan ini, Bappeda berharap pembangunan Kota Tangerang berbasis aerotropolis dapat terarah, terintegrasi, serta memberikan manfaat ekonomi yang luas, sekaligus menjaga keberlanjutan pembangunan kota.